MAKALAH
Diajukan sebagai Salah
Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Plagirism Checker sebagai syarat kelulusan
Pelatihan ICT 2019
Oleh
HARIS MANSAH ARH
NIM. 1172020097
BANDUNG
2019 M/1441 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kekuatan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Terimakasih kepada bapak dosen yang telah membimbing dalam
proses pelatihan ICT dan pembuatan makalah ini dengan penuh semangat dan
perhatian, sehingga penulis mampu melaksanakannya dengan baik.
Penulis berharap makalah ini bisa menjadi pelajaran bagi saya
untuk terus berkembang dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Dan bagi pembaca,
semoga isi dari makalah ini bisa bermanfaat bagi pendidikan.
Tidak memungkiri bahwa tidak ada produk manusia yang
sempurna, maka makalah ini pun tidak lepas dari kesalahan baik kecil maupun
besar. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca agar pada
karya tulis penulis yang lainnya bisa lebih baik lagi.
Bandung, 7 November 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
merupakan proses kompleks yang memiliki banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Mulai dari diri pribadi, keluarga, asmara, pemikiran, musim
cuaca, hobi, kebiasaan, jam tidur, jam bangun, teman dekat, lingkungan,
ekonomi, teknologi, makanan, minat, motivasi dan sekelumit faktor lain yang
berhubungan dengan proses belajar.
Salah satu bagian yang paling melekat
dalam proses belajar, yang dikaji secara mendalam adalah motivasi. Motivasi
menjadi bahan bakar agar siswa mau terus melakukan proses belajar. Tanpa
motivasi, siswa hanya melakukan proses belajar sekedar mengisi waktu,
melaksanakan kewajiban, dll.
Motivasi ini sangat dianggap penting
oleh praktisi pendidkan. Berbagai macam cara dibuat untuk mendorong motivasi. Model
dan metode yang beragam, media yang terus dikembangkan, materi yang terus
diolah sesuai kemampuan dan kebutuhan, dan proses belajar yang tidak lepas dari
unsur humor. Menandakan bahwa praktisi pendidikan ‘mati-matian’ untuk
memunculkan motivasi.
Jadi motivasi sendiri bukan bagian
terkecil dalam proses belajar. Ada hal-hal yang membuat motivasi timbul, bahkan
ada yang membuat motivasi menurun. Maka, makalah ini berusaha membantu pembaca
yang peduli dengan pendidikan. Untuk memahami hal-hal apa saja yang
mempengaruhi dalam proses belajar. Yang diharapkan bisa memberikan pengalaman
baru bagi peserta didik dalam menimba ilmu.
1.
Apa
pengertian motivasi belajar?
2.
Apa saja
faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar?
3.
Apa saja
faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar?
1.
Mengetahui
secara mendalam, pengertian motivasi, belajar dan motivasi belajar.
2.
Mengetahui
faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar.
3.
Mengetahui
faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar.
BAB II
ISI
Definisi dari motivasi adalah
kondisi dalam diri makhluk hidup baik hewan atau manusia yang membuat makhluk
itu terdorong untuk berbuat sesuatu. Menyambung dari definisi tersebut, maka
motivasi berfungsi sebagai bahan bakar untuk melakukan sesuatu sesuai alur
kepada tujuan. [1]
Motivasi juga bisa diartikan sebagai abstrak deskripsi yang kompleks
di dalam diri makhluk hidup yang memandu perilaku terhadap suatu visi (goal)
atau insentif (dividen). Visi inilah yang membatasi perilaku makhluk hidup
dalam lingkup individu. [2]
Makhluk hidup yang tidak memiliki motivasi dapat dipastikan tidak
akan melakukan satu hal pun, karena motivasi sendiri merupakan dorongan untuk
bertindak dan mencapai sesuatu. [3]
Motivasi juga dapat diartikan sebagai energi dalam tubuh individu
yang ditandai adanya perasaan ingin dan berusaha untuk mencapai tujuan. [4]
Tujuan yang sering dimaksud dalam pengertian motivasi adalah keinginan
untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi dilihat sebagai proses yang dimulai dari
adanya kebutuhan, lalu muncul keinginan untuk mendapatkannya, dan menciptakan
stressor psikologis yang mengarahkan pada kepuasan. [5]
Maka kita harus menguraikan apa saja kebutuhan yang sangat
dibutuhkan manusia:
No
|
Kebutuhan
|
Penjelasan
|
1
|
Physic and Biological Needs
|
Ialah kebutuhan dalam menunjang kebutuhan
pokok manusia (primer, sekunder, tersier). Maslow berpendapat jika kebutuhan
ini belum tercapai, kebutuah yang lain tak dapat mendorong manusia untuk
mencapai tujuan.
|
2
|
Safe and Secure Needs
|
Ialah kebutuhan akan kebebasan dari bahaya
baik fisik atau non-fisik.
|
3
|
Social Needs
|
Ialah kebutuhan akan berkomunikasi dengan
lingkungan dan berharap untuk diterima dan dijadikan bagian dari masyarakat.
|
4
|
Reward Needs
|
Ialah kebutuhan akan penghargaan dari
orang lain. Akan menimbulkan efek seperti kepuasan berkuasa, menyandang
status, ataupun bangga akan pencapaian diri.
|
5
|
Actualization of Self Needs
|
Ialah kebutuhan memaksimalkan seluruh potensi dalam diri
individu sesuai dengan apa yang ia impikan. Maslow berpendapat inilah hal
tertinggi yang membuat orang memiliki semangat bertindak mencapai tujuan.
|
Sedangkan mengenai belajar, banyak orang menganggap belajar adalah
kegiatan transfer ilmu saja guna mengingat kejadian nyata berupa informasi atau
mata pelajaran. Orang yang berpola pikir demikian, biasanya mudah puas ketika
peserta didik bisa mengulang kembali informasi dan fakta apa saja yang sudah
dibaca, didengar, di tulis dan dilakukan.
Selain itu ada yang berpandangan, belajar hanyalah proses latihan
berulang kali yang tampak pada kegiatan menulis dan membaca. Dengan pandangan
seperti ini, biasanya orang tersebut merasa terpuaskan jika melihat peserta
didik bisa melakukan suatu hasil latihan dengan baik, tidak pedulu apakah
peserta didik itu memahami definisi, isi, fungsi dan hakikat latihan tersebut.
Datangnya perbedaan pandangan diatas merupakan perselisihan yang
biasa karena ada perbedaan dalam fokus pandangan. Dan juga, perbedaan antara
satu keadaan belajar dan keadaan belajar lainnya yang diamati oleh orang-orang
juga menimbulkan perbedaan persepsi. Situasi belajar olahraga yang lebih
melakukan latihan fisik berulang, tentu berbeda dengan keadaan belajar geografi
yang mengedepankan hafalan. Namun, istilah perilaku menjadi benang merah bagi
keduanya yang disepakati, sebab istilah tersebut jadi hakikat tunggal dalam
belajar. [6]
Untuk mengindari beragam sesat menafsirkan seperti kedua hal diatas.
Maka akan dipaparkan definisi belajar dengan lengkap.
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah rangkaian kejadian
penyesuaian (adaptasi) tingkah laku yang bersifat berkemajuan. Sesuai pendapat
ringkasnya bahwa “a progressive process of behavior adaptasi..”. Berdasarkan
penelitiannya, ia yakin bahwa penyesuaian tersebut akan mendapatkan hasil yang
maksimum jika diberi pemantapan terus menerus (reinforcement).
Tetapi definisi ini hanya berdasarkan hasil eksperimen dirinya
sendiri. Yang hasilnya menguatkan teori conditioning yang membenarkan dugaan
bahwa timbulnya perilaku itu karena ada hubungan antara rangsangan (stimulus)
dan respon. Dan akhirnya pengertian ini bersifat behavioristik, sehingga banyak
sekali para ahli teori lain yang menggugat definisi ini.
Dalam kamus psikologi karya Chaplin, ia memberikan batasan berupa
dua rumusan dalam belajar. Rumusan kesatu yaitu “Learning is the acquisition of
changes in behavior that are relatively settles as a result of practice and
experience” (Belajar ialah pendapatan perubahan perilaku yang relatif statis
dikarenakan kegiatan berulang dan pengalaman. Rumusan keduanya yaitu “Learning
is obtaining process a response from special training to result” (Belajar ialah
memperoleh respon dikarekan latihan tertentu.
Prof. John B. Biggs memunculkan gagasan belajar harian atau everyday
learning. Yang diilhami dari para pakar psikologi belajar dimana peristiwa
sehari-hari baik besar atau kecil dalam bentuk apapun sangat mungkin disebut
sebagai belajar. Karena, peristiwa sehari-hari itu bisa merubah secara
besar-besaran terhadap tingkah laku dari individu.
Ada juga definisi belajar yang tidak bergantung pada behavior yaitu,
“learning is a relative sedentary change
that occurs in all or all kinds of behavior of an organism experience as
result” (Belajar ada perubahan yang cenderung statis yang terjadi secara
sempurna atau beberapa bagian perilaku individu yang merupakan hasil
pengalaman)
Dalam pengertian yang ini perlu digarisbawahi bahwa yang berubah
hanya behavior, tetapi juga repertoir behavior change yang berarti keseluruhan
dari aspek psiko dan fisik individu. Perhatian yang berbeda dari sebelumnya ini
dikarenakan keyakinan bahwa perubahan perilaku bukanlah indikator atau ciri
dari belajar, karena proses belajar sendiri dianggap proses mental yang sukar
diamati.
Ada pula yang mengatakan bahwa belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan (the process of getting knowledge). Pengertian ini lebih sering
dibahas dalam psikologi aliran kognitivisme yang oleh sebagian pakar dianggap
kurang mencerminkan dari belajar itu sendiri karena tidak memasukkan proses
keterampilan sebagai belajar.
Pendapat selain yang diatas adalah, “A relatively lasting ability to
react to change as a result of strengthened training” atau sebuah kekuatan
perubahan respon yang relatif tetap dan berlanjut yang merupakan hasil dorongan
latihan.
Dalam kedua pengertian diatas, kita mendapati empat jenis istilah
yang inti dan perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran.
No
|
Istilah
|
Arti
|
1
|
Relatively fixed
|
Perubahan yang sifatnya tidak lama seperti
berubah karena terjatuh, mabuk, sedih, senang, atau pun yang lainnya tidak
termasuk belajar.
|
2
|
Ability to react
|
Penegasan bahwa ada beda antara belajar dan
hasil dari belajar. Hal ini mencerminkan bahwa belajar adalah peristiwa
asumsi yang hanya dikenali apabila ada perubahan kemampuan akademis yang
kuantitatif.
|
3
|
Reinforce
|
Bahwa hasil belajar yang sudah didapat bisa
saja terlupa apabila tidak diulang-ulang secara terus-menerus.
|
4
|
Exercise
|
Bahwa belajar itu perlu dilakukan secara
berulang untuk mempertahankan hasil akademis yang telah diraih
|
Di lain pendapat, ada juga yang menyatakan bahwa ada tiga rumusan mengenai
belajar. Tetapi dalam hal ini, perubahan dan perilaku tidak lagi disebut secara
langsung karena kedua kata tersebut telah jadi keyakinan umum yang dipahami
semua orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Ketiga rumusan itu adalah:
No
|
Rumusan
|
Penjelasan
|
1
|
Kuantitatif
|
Yaitu kegiatan dianggap sebagai belajar
ketika ada pengetahuan yang bertambah secara jumlah dalam diri individu,
yaitu dengan menambahkan fakta atau informasi sebanyak-banyaknya secara
kognitif.
Kadang disebut sebagai belajar dilihat
dari jumlahnya.
|
2
|
Institusional
|
Kegiatan dianggap sebagai belajar apabila
siswa telah divalidasi penguasaan pengetahuannya. Buktinya adalah ditunjukkan
dengan proses belajar. Tolak ukurnya adalah, semakin bagus guru mengajar maka
akan semakin memuaskan juga mutu yang diperoleh peserta didik yang diukur
dengan ujian.
Atau sering disebut juga tinjauan dengann
sudut pandang kelembagaan.
|
3
|
Kualitatif
|
Kegiatan dianggap sebagai belajar ketika
peserta didik semakin berkualitas dalam memahami dan mengartikan tentang
dunia disekelilingnya. Dimana difokuskan terhadap kemampuan pikir dan
kelakuan yang berkualitas dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi baik
sekarang ataupun di masa yang akan datang.
Sering disebut sebagai tinjauan dengan
sudut pandang mutu.
|
Dari keseluruhan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa belajar
adalah tahap atau proses perubahan tingkah laku seseorang secara menyeluruh
yang relatif statis hasil dari peristiwa sehari-hari dan timbal-balik dengan
lingkungan yang melibatkan sisi kognisi.
Dari pengertian
motivasi dan belajar diatas dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah
keinginan untuk mencapai kebutuhan
sesuai tujuan dalam proses perubahan perilaku seseorang secara
komprehensif yang statis hasil dari kejadian sehari-hari dan feedback dari
lingkungan dengan melibatkan sisi kognisi.
Motivasi bukanlah satuan terkecil yang mempengaruhi belajar, maka
dari itu ada juga faktor-faktor turunan yang mempengaruhi dalam proses belajar.
Motivasi sendiri bisa dibagi kedalam enam level yang disebut teori
penentuan nasib sendiri. Dari mulai paling rendah sampai paling tinggi, yang
nantinya berkaitan dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik yang akan dibahas
setelahnya. Keenam level tersebut adalah:
Level
|
Nama Level
|
Penjelasan
|
0
|
Amotivated
|
Ialah level terendah, dirinya tidak
termotivasi sekali dalam melakukan proses belajar. Tidak memiliki tujuan dan
keinginan.
|
1
|
External
|
Ialah level motivasi yang didasari oleh
hadiah yang akan diterima, terutama hadiah dari luar dirinya. Biasanya hadiah
ini tidak ada hubungannya dengan belajar yang harus dilakukan. Level ini
sangat tergantung akan kontrol dari luar. Tingkat otonomi sangat rendah.
|
2
|
Introjected
|
Ini level motivasi dimana akan belajar
demi orang lain, bukan karena diri sendiri. Kita termotivasi karena ada orang
tua, atau saudara yang memang menunggu hasil dari belajar kita. Jadi kontrol
luar masih lebih kuat dibandingkan otonomi.
|
3
|
Identified
|
Ini level motivasi dimana ada kesadaran
bahwa ada hubungan antara belajar dengan hasil dari belajar. Sehingga peserta
didik berusaha untuk mendapatkan hasil belajar berupa nilai atau ranking.
|
4
|
Integrated
|
Ini adalah level motivasi dimana tujuan
jangka panjang sudah mulai terlihat dna diperjuangkan. Karena karir,
cita-cita biasanya jadi faktor terbesar. Otonomi sudah mulai sangat kuat
walau masih ada sedikit sekali faktor luar.
|
5
|
Intrinsic
|
Ini adalah level dimana motivasi datang
tanpa perlu ada dorongan dari luar seperti nilai, paksaan orang tua, dll.
Peserta didik sudah menganggap bahwa belajar adalah kesenangan yang ia pilih
sendiri untuk melakukannya.
|
Secara lebih sederhana, level 1 sampai 4 adalah dorongan ekstrinsik
dan level 5 adalah dorongan intrinsik. Maka akan didalami lebih lanjut mengenai
dua dorongan tersebut.
Faktor Intrinsik adalah faktor yang datang dalam diri individu untuk
melakukan sesuatu atau hal yang mendorong dirinya melakukan sebagaimana nilai
yang terdapat dalam obyeknya sendiri. Faktor ini mendorong keinginan untuk
terus belajar dan mencari wawasan seluas-luasnya. [7]
Motivasi ini berasal dari diri peserta didik pribadi yang mendorong
dia mau melakukan proses belajar. Bisa termasuk menyenangi isi pembelajaran dan
merasa butuh terhadap materi tersebut, contohnya untuk menggapai cita-cita di
masa depan.
Faktor intrinsik menurut Ema dibagi kedalam dua macam, yaitu : [8]
No
|
Faktor Intrinsik
|
Penjelasan
|
1
|
Motivasi Dalam Belajar
|
Ialah motivasi dalam diri individu untuk
melakukan proses belajar dikarenakan kesukaannya.
|
2
|
Cita-cita
|
Karena kesadaran diri bahwa mimpi yang dia
buat membutuhkan hasil dari proses belajar.
|
Faktor ekstrinsik adalah pendorong yang berasal dari luar pribadi
peserta didik yang mendorong pada proses pembelajaran.
Beberapa faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, orang tua, guru, materi
pelajaran, fasilitas, pengolahan data administrasi dll. Salah satu faktor
diatas adalah lingkungan sekolah. Yaitu sebuah lembaga yang penting setelah
keluarga. Yang sangat berpengaruh sekali terhadap hasil belajar peserta didik,
karena perannya sangat penting untuk mencerdaskan, membimbinga akhlak tingkah
laku.
Lingkungan ini merupakan lingkungan kedua setelah pendidikan
keluarga dan masyarakat yang lebih berbasis praktek. Maka karena faktor ini,
ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada pula yang rendah. [9]
Hal ini bisa dilihat dari semangat peserta didik dalam belajar dan
kemalasan siswa dalam mengerjakan berbagai proses belajar. Kadang disebabkan
oleh guru yang tidak memotivasi, kadang oleh kodnisi gedung yang tidak layak,
model yang tidak variatif, tugas yang sulit dimengerti dll.
Faktor ekstrinsik dalam lingkup sekolah sendiri antara lain:
No
|
Faktor Ekstrinsik
|
Penjelasan
|
1
|
Model belajar
|
Ialah prosedur dalam pelaksanaan belajar
untuk mendapatkan suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai tujuan
pembelajaran.
Model yang bervariasi menimbulkan dorongan
motivasi bagi peserta didik, sedangkan model yang tidak variatif menimbulkan
kejenuhan dalam belajar. Setidaknya peserta didik menjadi semangat karena
metodenya.
|
2
|
Hubungan guru & siswa
|
Guru yang bisa menyesuaikan dan
menempatkan sesuai porsinya biasanya menimbulkan motivasi yang besar bagi
peserta didik. Daya tarik dan kompetensi guru jadi hal yang dilihat secara
langsung. Relasi disini bukan hanya guru dengan siswa perseorangan, tapi guru
dengan siswa secara keseluruhan. [10]
|
3
|
Hubungan siswa & siswa
|
Ini merupakan sub indikator yang merupakan
dampak dari hubungan guru dan murid. Guru yang bisa mengelola kelas
menciptakan iklim siswa yang harmonis walaupun diimbangi dengan kompetisi.
Tetapi jika tidak terwujud, maka akan ada peserta didik yang terasing dan
tidak termotivasi dalam belajar.
|
4
|
Disiplin sekolah
|
Aturan yang dibuat disekolah memang dibuat
untuk membuat ketertiban. Tetapi aturan yang tidak tepat sasaran membuat
peserta didik jadi tidak nyaman dan merasa terkekang atau memberontak. Dan
akhirnya kehilangan motivasi belajar.
|
5
|
Media Pembelajaran
|
Media merupakan sarana penyampaian
pelajaran. Semakin menarik medianya, semakin memantik motivasi siswa dalam
belajar.
|
6
|
Waktu
|
Hal ini berpengaruh terhadap proses
belajar. Sangat berbeda sekali antara belajar pada pagi hari, siang hari dan
sore hari. Kebugaran dan faktor suhu lingkungan berpengaruh. Semakin membuat
tidak nyaman, semakin hilang motivasinya.
|
7
|
Standar belajar diatas ukuran
|
Ketika guru menetapkan standar diatas
pribadi siswa. Akhirnya siswa merasa terbebani diluar kemampuan normalnya.
Hal ini mengakibatkan pandangan pesimis dan membunuh motivasi siswa.
|
8
|
Gedung
|
Kelas yang nyaman, jauh dari kebisingan,
fasilitas yang lengkap, mendorong semangat siswa dalam belajar.
|
9
|
Materi pelajaran
|
Materi pelajaran yang sesuai dengan minat
siswa, atau pun pengemasannya. Sangat berpengaruh pada kualitas motivasi
siswa.
|
10
|
Tugas rumah
|
Ketika pembelajaran sudah dikemas
sedemikian menarik, tetapi akhirnya membebani peserta didik diluar jam
pelajaran. Menimbulkan kebosanan dan keengganan peserta didik untuk melanjutkan
pembelajaran.
|
BAB III
KESIMPULAN
Motivasi belajar
adalah keinginan untuk mencapai kebutuhan
sesuai tujuan dalam proses perubahan perilaku seseorang secara
komprehensif yang statis hasil dari kejadian sehari-hari dan feedback dari
lingkungan dengan melibatkan sisi kognisi.
Faktor Intrinsik
adalah faktor yang datang dalam diri individu untuk melakukan sesuatu atau hal
yang mendorong dirinya melakukan sebagaimana nilai yang terdapat dalam obyeknya
sendiri. faktornya semangat belajar dan cita-cita atau impian.
Faktor ekstrinsik
adalah pendorong yang berasal dari luar pribadi peserta didik yang mendorong
pada proses pembelajaran. Faktornya antara lain model pembelajaran, hubungan
guru dan siswa, hubungan murid dan murid, peraturan sekolah, media pembelajaran,
waktu, standar belajar, fasilitas, materi pembelajaran dan tugas rumah.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
|
M. Syah,
Psikologi Belajar, Depok: Raja Grafindo Persada, 2017.
|
[2]
|
A. E.
Cahyono, “Identifikasi Faktor Internal Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Mahasiswa IKIP PGRI Jember,” Efektor, vol. 5, no. 1, pp. 18-25,
2018.
|
[3]
|
Ermiza,
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Semester
VI di Program Studi DIII Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi Tahun
2013,” Maternity and Neontal, vol. 2, no. 3, pp. 184-192, 2017.
|
[4]
|
A. Afiananda,
"Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar," Jurnal
Pendidikan, vol. 5, no. 1, pp. 3-18, 2018.
|
[5]
|
A. Pujadi,
"Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa: Studi
Kasus Pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia," Business
& Management Journal Bunda Mulia, vol. 3, no. 2, pp. 40-52, 2017.
|
[6]
|
M. Syah,
Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, Depok: Raja Grafindo Persada,
2016.
|
[7]
|
Syardiansah,
"Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Manajemen," Jurnal Manajemen dan
Keuangan, vol. 5, no. 1, pp. 440-448, 2016.
|
[8]
|
E. Dauyah,
"Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Bahasa Inggris
Mahasiswa Non-Pendidikan Bahasa Inggris," Serambi Ilmu, vol.
19, no. 2, pp. 196-209, 2018.
|
[9]
|
I. Musab,
"Faktor Ekstrinsik Yang Mempegaruhi Motivasi Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Se-Gugus 2 Kecamatan Sail Pekanbaru," Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 7-12, 2019.
|
[10]
|
I. Marlinda,
"Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Peserta Didik
Terhadap Pelajaran Sejarah Di SMA N 1 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir
Selatan," Jurnal Sejaran, vol. 6, no. 1, pp. 3-8, 2016.
|